Entri Populer

Sabtu, 15 September 2012

nagapatra setooan


Pasar modern jember , mimpi akan jadi kenyataan
Pasar  tradisional sebenarnya mampu menjadi kekuatan ekonomi kerakyatan . Bila pasar  tradisional nantinya dikelola secara modern maka dimungkinkan mampu mendatangkan banyak pembeli. Maka ekonomi kerakyatan via pasar yang sudah dikelola dengan baik hasilnya diharapkan mendongkrak pendapatan usaha agribisnis di kabupaten Jember. Di tengah pesatnya pembangunan dan pengembangan perumahan sebagai kebutuhan pemukiman rakyat Jember , baik sebagai kawasan perumahan elit maupun ekonomis, pembangunan fasum semacam pasar seringkali tidak menjadi focus fasilitas utama . Akibatnya  penghuni pilihannya pada pasar tradisional disekitarnya. Pasar tradisional yang terkesan becek, kotor, kumuh, dan banyak preman, tentu bukan tempat belanja yang layak untuk ibu-ibu terutama wanita karir, tetapi apa mau dikata mereka tak punya alternatif.  Jadi perlu disiasati agar kesan kumuh pasar tradisional menjadi penuh keasrian dan rapi. Tentu saja hal itu membutuhkan pemikiran pihak pengelola agar mendandani  pasar tradisional menjadi pasar modern, tapi tetap mempertahankan sifat-sifat tradisionalnya.
Sifat pasar tradisional yaitu masih terdapat tawar menawar secara langsung, antara konsumen (pembeli) dan produsen(pedagang atau penghasil ). Transaksi langsung tersebut mulai dari  kebutuhan bahan-bahan masakan yang segar bahkan bumbu komplit sampai barang kelontong, buah bunga segar maupun peralatan rumah tangga. Dalam pasar tradisional konsumen diharapkan merasa nyaman dan aman ketika mereka berbelanja. Berdesakan, bau tidak sedap,banyaknya copet, pengamen, pengemis dan lapak yang seadanya, itu bukan sifat-sifat pasar tradisional. Hal diatas tadi adalah ekses dari pengelolaan pasar tradisional yang kurang baik, sehingga ketika berlangsung bertahun-tahun maka image yang terbangun terkesan adalah kesemrawutan pasar tradisional. 
Pasar tradisional yang dikelola secara modern, sebenarnya cukup dibangun dengan bangunan di atas tanah 4 hektar, terdapat bangunan dengan kapasitas berkisar 2000 lapak ukuran rata-rata 10m2, lahan area parkir pengunjung dan lahan untuk naik turunnya barang dagangan. Jika ditata dengan management pasar modern, dimungkinkan akan meningkatkan pendapatan pedagang secara optimum. Secara umum pasar ini tidak merubah sifat dan kebiasaan pasar tradisional. Pertama; Di lapak  para pedagang menjajakan dagangannya, mulai dari segala jenis sayuran, bumbu masak, tempe, tahu, dan bahan makanan lainnya hingga pedagang ikan dan daging ada di sini, layaknya pasar tradisional biasa. Bedanya dengan pasar tradisional biasa, lapaknya tertata rapi, bersih asri dan teratur.
Pengaturan lapak  terletak di los bagian dalam bangunan pasar, dan sengaja dibuat sedikit tinggi sekitar 1m-an, sehingga pembeli tidak perlu jongkok pada saat berbelanja. Di bagian tengah terdapat 509 unit lapak dengan ukuran 5 meter persegi per unit (couple), terbagi dalam beberapa kelompok lapak sesuai dengan jenis dagangannya. Ada lorong untuk pedagang sayur, lorong pedagang daging, di bagian lain khusus untuk pedagang ikan basah.
Masih di bagian dalam pasar, lapak-lapak ini dikelilingi oleh 320 kios dengan ukuran antara sembilan hingga 15 meter per-unit. Lalu, di sisi luar bangunan pasar yang berbentuk empat persegi terdapat 200 ruko dengan ukuran 40 meter persegi per-unit Pasar Setoan Modern  ini tidak hanya berlangsung dari pukul 04.00 hingga pukul 17.00 WIB yang merupakan jam operasi pasar, tapi pada malam hari giliran kafe tenda menggelar berbagai jenis kuliner. Tidak kurang dari 100 buah kafe tenda yang berdiri di lahan parkir seluas 0,8 hektar yang mengitari bangunan pasar.
Pengemasan pasar tradisional menjadi pasar modern, seperti Pasar Setoan Modern ini, diharapkan mampu menahan gempuran mal, supermarket, dan hypermarket. Ada anggapan bila Pasar Setoan Modern setelah dibangun di Jember tidak akan diminati pengunjung. Harapanya pengunjung yang berbelanja di sini adalah ibu atau bapak-bapak tidak hanya dari kelas menegah bawah tetapi juga dari kelas menengah ke atas. Mereka berpakain rapi dan necis dengan dandanan yang apik. Para pengunjung ini bukan hanya dari kawasan perumahan, tapi juga dari perumahan lain di seputar kecamatan sumbersari dan bahkan kecamatan lainnya.

Para pedagang di Pasar Setoan Modern  ini diharapkan nantinya berhimpun sebuah organisasi beranggotakan  pedagang . Hal itu dibentuk sebagai upaya mewujudkan salah satu basis ekonomi rakyat yang bisa diandalkan, dan mempertegas peran pedagang pasar sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem ekonomi nasional. Para pedagang akan dicreated  memperoleh beberapa keuntungan, antara lain: kemudahan mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), menjalin hubungan yang baik sesama pedagang, dan menjalin hubungan yang baik antara pedagang dan pengelola pasar sebagai mitra bisnis yang saling menguntungkan.

nagapatra setooan


Pasar modern jember , mimpi akan jadi kenyataan
Pasar  tradisional sebenarnya mampu menjadi kekuatan ekonomi kerakyatan . Bila pasar  tradisional nantinya dikelola secara modern maka dimungkinkan mampu mendatangkan banyak pembeli. Maka ekonomi kerakyatan via pasar yang sudah dikelola dengan baik hasilnya diharapkan mendongkrak pendapatan usaha agribisnis di kabupaten Jember. Di tengah pesatnya pembangunan dan pengembangan perumahan sebagai kebutuhan pemukiman rakyat Jember , baik sebagai kawasan perumahan elit maupun ekonomis, pembangunan fasum semacam pasar seringkali tidak menjadi focus fasilitas utama . Akibatnya  penghuni pilihannya pada pasar tradisional disekitarnya. Pasar tradisional yang terkesan becek, kotor, kumuh, dan banyak preman, tentu bukan tempat belanja yang layak untuk ibu-ibu terutama wanita karir, tetapi apa mau dikata mereka tak punya alternatif.  Jadi perlu disiasati agar kesan kumuh pasar tradisional menjadi penuh keasrian dan rapi. Tentu saja hal itu membutuhkan pemikiran pihak pengelola agar mendandani  pasar tradisional menjadi pasar modern, tapi tetap mempertahankan sifat-sifat tradisionalnya.
Sifat pasar tradisional yaitu masih terdapat tawar menawar secara langsung, antara konsumen (pembeli) dan produsen(pedagang atau penghasil ). Transaksi langsung tersebut mulai dari  kebutuhan bahan-bahan masakan yang segar bahkan bumbu komplit sampai barang kelontong, buah bunga segar maupun peralatan rumah tangga. Dalam pasar tradisional konsumen diharapkan merasa nyaman dan aman ketika mereka berbelanja. Berdesakan, bau tidak sedap,banyaknya copet, pengamen, pengemis dan lapak yang seadanya, itu bukan sifat-sifat pasar tradisional. Hal diatas tadi adalah ekses dari pengelolaan pasar tradisional yang kurang baik, sehingga ketika berlangsung bertahun-tahun maka image yang terbangun terkesan adalah kesemrawutan pasar tradisional. 
Pasar tradisional yang dikelola secara modern, sebenarnya cukup dibangun dengan bangunan di atas tanah 4 hektar, terdapat bangunan dengan kapasitas berkisar 2000 lapak ukuran rata-rata 10m2, lahan area parkir pengunjung dan lahan untuk naik turunnya barang dagangan. Jika ditata dengan management pasar modern, dimungkinkan akan meningkatkan pendapatan pedagang secara optimum. Secara umum pasar ini tidak merubah sifat dan kebiasaan pasar tradisional. Pertama; Di lapak  para pedagang menjajakan dagangannya, mulai dari segala jenis sayuran, bumbu masak, tempe, tahu, dan bahan makanan lainnya hingga pedagang ikan dan daging ada di sini, layaknya pasar tradisional biasa. Bedanya dengan pasar tradisional biasa, lapaknya tertata rapi, bersih asri dan teratur.
Pengaturan lapak  terletak di los bagian dalam bangunan pasar, dan sengaja dibuat sedikit tinggi sekitar 1m-an, sehingga pembeli tidak perlu jongkok pada saat berbelanja. Di bagian tengah terdapat 509 unit lapak dengan ukuran 5 meter persegi per unit (couple), terbagi dalam beberapa kelompok lapak sesuai dengan jenis dagangannya. Ada lorong untuk pedagang sayur, lorong pedagang daging, di bagian lain khusus untuk pedagang ikan basah.
Masih di bagian dalam pasar, lapak-lapak ini dikelilingi oleh 320 kios dengan ukuran antara sembilan hingga 15 meter per-unit. Lalu, di sisi luar bangunan pasar yang berbentuk empat persegi terdapat 200 ruko dengan ukuran 40 meter persegi per-unit Pasar Setoan Modern  ini tidak hanya berlangsung dari pukul 04.00 hingga pukul 17.00 WIB yang merupakan jam operasi pasar, tapi pada malam hari giliran kafe tenda menggelar berbagai jenis kuliner. Tidak kurang dari 100 buah kafe tenda yang berdiri di lahan parkir seluas 0,8 hektar yang mengitari bangunan pasar.
Pengemasan pasar tradisional menjadi pasar modern, seperti Pasar Setoan Modern ini, diharapkan mampu menahan gempuran mal, supermarket, dan hypermarket. Ada anggapan bila Pasar Setoan Modern setelah dibangun di Jember tidak akan diminati pengunjung. Harapanya pengunjung yang berbelanja di sini adalah ibu atau bapak-bapak tidak hanya dari kelas menegah bawah tetapi juga dari kelas menengah ke atas. Mereka berpakain rapi dan necis dengan dandanan yang apik. Para pengunjung ini bukan hanya dari kawasan perumahan, tapi juga dari perumahan lain di seputar kecamatan sumbersari dan bahkan kecamatan lainnya.

Para pedagang di Pasar Setoan Modern  ini diharapkan nantinya berhimpun sebuah organisasi beranggotakan  pedagang . Hal itu dibentuk sebagai upaya mewujudkan salah satu basis ekonomi rakyat yang bisa diandalkan, dan mempertegas peran pedagang pasar sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem ekonomi nasional. Para pedagang akan dicreated  memperoleh beberapa keuntungan, antara lain: kemudahan mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), menjalin hubungan yang baik sesama pedagang, dan menjalin hubungan yang baik antara pedagang dan pengelola pasar sebagai mitra bisnis yang saling menguntungkan.