Desa Curahnongko memiliki karakteristik yang berbeda dengan desa lainnya di Kabupaten Jember. Desa ini terletak hampir ujung timur selatan yang berbatasan langsung dengan perkebunan PTPN XII. Desa ini sebelah utara dibatasi oleh hutan jati Perum Perhutani, sebelah selatan ada TN merubetiri dan Timur dibatasi lereng yang dibawahnya sawah yang luas sejauh mata memandang. Memiliki sawah seluas 784 ha dengan panen jagung sebanyak 3.000 ton pertahun, hampir setiap rumah tangga memilik ternak khususnya sapi dengan pakan limbah pasca panen kedelai.
Lebih dari 300 sarjana sudah dilahirkan dari desa ini, lebih dari 100 diantaranya para sarjana tersebut kembali ke desanya untuk bertani sebagai pilihan untuk menjalani kehidupannya dengan penuh percaya diri. Tapi sayang sudah banyak menjadi TKI, dua tahun terakhir saja sudah lebih dari 700 orang menjadi TKI, permasalahan yang menonjol kurangnya informasi tentang kebijakan Pemerintah Pusat yang mendukung sektor pertanian padahal di desa ini 90% petani, begitu terlalu sulitnya untuk mendapatkan air untuk pertanian padahal dulu air begitu berlimpah, ini akibat debet air yang mengalir ke desa ini rendah dan terjadinya pendangkalan irigasi teknis. Serta sulitnya untuk mendapatkan permodalan dari pihak bank.
Untuk mengetahui permasalahan sebenarnya yang terjadi di lapangan tim bulletin Bermass mewawancarai Yateni yang pernah mencalonkan Kepala Desa Curahnongko yang sering dijuluki sebagai sesepuh atau kange, karena dituakan oleh komunitasnya.
Apa potensi pertanian utama dari Desa Curahnongko?
Sebenarnya saya nggak terlalu mengerti potensi utamanya , tetapi yang Nampak dimata saya adalah padi dan jagung selain itu ada sebagian kecil berupa cabe, jeruk dan hasil tembakau ketika musimnya.
Seberapa banyak hasil jagung rata-rata perhektar permusim?
Hasil jagung permusim rata-rata 4,5 ton perhektar tapi untuk masa tanam kedua hanya maksimal 3 ton saja, hal ini karena kesulitan untuk mendapatkan air. dalam 100ha saja telah menghasilkan pendapatan kurang lebihnya 1 milyard rupiah.ADD saja hanya 300 juta, PNPM hanya lebihkurang 500juta. jika dikelola dengan baik hasil bumi petani curahnongko pasti petani akan sejahtera.
Apa potensi utama peternakan dari Desa Curahnongko?
Potensi utamanya adalah sapi karena hampir setiap rumah tangga memiliki sapi, uang dari hasil panen dibelikan sapi dan uang dari gaji para TKI sebagian besar untuk sapi juga. Karena untuk beli sawah cukup berat, harga sawah di sini Rp 250 juta perhektar
Apa permasalahan yang dihadapi?
Masalah utama adalah ,
1. Sulitnya untuk mendapatkan air bagi para petani
2. Benih jagung yang diperbantukan ke petani datangnya selalu terlambat dan yang datang hanya 30% dari total kebutuhan.
3. Hampir tidak pernah tahu ada program Pemerintah Pusat yang sifatnya untuk mendorong kemajuan pertanian, contohnya subsidi untuk petani jagung dan subsidi untuk peternakan sapi padahal kami sangat membutuhkan ini.
4. Banyak masyarakat akhirnya menanam jagung dengan benih apa adanya yang disisihkan pada waktu panen sehingga kualitasnya selalu kalah dan hasilnya tidak bisa maksimal jika dibandingkan dengan jagung benih unggul.Terutama bagi petani pada saat musim tanam tak ada modal membeli benih jagung.
Bagaimana dengan sektor pertembakauan?
Ngalkhamdulillah, untuk sektor ini sudah mendapat perhatian baik swasta maupun pemerintah. Kami sudah menerima beberapa dukungan atau perahu kecil untuk petani tembakau dari pihak swasta. Meskipun sampai saat ini kehidupan mereka belum cukup membaik , tetapi jika dibandingkan dari kondisi sebelumnya dengan bantuan ini, lumayanlah. Permainan harga dan standar gred tembakau ini juga yang naik turun sehingga petani nampaknya bingung menghadapinya. Padahal tembakau curahnongko termasuk tembakau yang khas sampoerna, Djarum biasanya melakukan pembelian disini. Kedepan kita akan koordinasi langsung dengan pihak-pihak yang membutuhkan tembaka kami.
Bagaimana dengan sektor lain, seperti sarana dan prasarana penunjang perekonomian?
Tahun 2009 ini, Pemerintah Daerah melalui dinas terkait sudah memperbaiki jalan desa. Namun hasilnya kurang maksimal, karena adanya permasalahan alam. Kondisi tanah di Desa Curahnongko umunya tanah liat, oleh karena itu, permukaan tanah menjadi labil. Sedangkan, mobil-mobil yang melewati jalan tersebut umumnya mobil yang berukuran besar sebagai angkutan untuk membawa hasil pertanian yang jumlahnya ribuan ton pertahun. Walhasil, jalan yang baru diperbaiki cepat sekali rusak. Saya pernah melihat di berbagai daerah, pembangunan jalan sudah menggunakan jenis beton dengan pondasi, bukan lagi aspal. Kami harap jalan yang membentang di desa kami juga bisa diganti materialnya, dari aspal ke beton supaya tidak cepat rusak. (DB**DJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar